Kerusakan Lingkungan Dalam Arsitektur

Tempat perhentian bus

Tempat perhentian bus atau halte bus atau shelter atau stopan bus (dari bahasa Inggrisnya bus stop) adalah tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang bus, biasanya ditempatkan pada jaringan pelayanan angkutan bus. Di pusat kota ditempatkan pada jarak 300 sampai 500 m dan di pinggiran kota antara 500 sampai 1000 m.

Semakin banyak penumpang yang naik turun di suatu tempat perhentian bus semakin besar dan semakin lengkap fasilitas yang disediakan. Untuk tempat perhentian yang kecil cukup dilengkapi dengan rambu lalu lintas saja, dan untuk perhentian yang besar bisa dilengkapi dengan atap dan tempat duduk, bahkan bila diperlukan dapat dilengkapi dengan kios kecil untuk menjual surat kabar, atau rokok.

 Penggunaan Ilegal Tempat Pemberhentian Bus

Seringkali halte dimanfaatkan untuk tindakan ilegal seperti digunakan oleh berjualan atau tempat pangkal PKL. Pada negara berkembang,tindakan ini belum bisa dilarang secara keras

 

Trotoar

Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan.

Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar terhadap aksesibilitas dengan pembangunan trotoar.

Perlu tidaknya trotoar dapat diidentifikasikan oleh volume para pejalan kaki yang berjalan dijalan, tingkat kecelakaan antara kendaraan dengan pejalan kaki dan pengaduan/permintaan masyarakat.

Penempatan trotoar

Fasilitas pejalan kaki berupa trotoar ditempatkan di:

  1. Daerah perkotaan secara umum yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi
  2. Jalan yang memiliki rute angkutan umum yang tetap
  3. Daerah yang memiliki aktivitas kontinyu yang tinggi, seperti misalnya jalan-jalan di pasar dan pusat perkotaaan
  4. Lokasi yang memiliki kebutuhan/permintaan yang tinggi dengan periode yang pendek, seperti misalnya stasiun-stasiun bis dan kereta api, sekolah, rumah sakit, lapangan olah raga
  5. Lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari tertentu, misalnya lapangan/gelanggang olah raga, masjid

Penggunaan ilegal

Seringkali trotoar dimanfaatkan untuk tindakan ilegal seperti digunakan oleh pengemudi motor untuk melewati kemacetan/mendahului,digunakan sebagai tempat parkir motor ojek,dan tempat untuk berkemah.Pada negara berkembang,tindakan ini belum bisa dilarang secara keras

Menciptakan Arsitektur Ramah Lingkungan

Menciptakan Arsitektur Ramah Lingkungan

 

Konsep bangunan ramah lingkungan atau green building kini menjadi tren di dunia. Inilah yang terus diaplikasikan pada pengembangan properti saat ini, termasuk di Indonesia.

Bangunan ramah lingkungan ini mempunyai kontribusi menahan laju pemanasan global dengan membenahi iklim mikro. Dalam pemanasan global, hal yang perlu diperhatikan adalah penghematan air dan energi serta penggunaan energi terbarukan. Arsitektur ramah lingkungan yang juga kerap disebut dengan arsitektur hijau (green architecture) mencakup keselarasan antara manusia dan lingkungan alamnya.

Arsitektur hijau mengandung juga dimensi lain, seperti waktu, lingkungan alam, sosiokultural, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur hijau bersifat kompleks, padat, dan vital dibanding dengan arsitektur pada umumnya. Green architecturemencakup pula persoalan hemat energi, ramah lingkungan, dan dapat dikembangkan menjadi pembangunan berkesinambungan.

Green architecture merupakan praktik membuat struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan dari tapak untuk desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi, termasuk penggunaan material bangunan. Konsultan desain arsitektur Ossiatzki mengatakan, penggunaan material eksterior dan interior serta desain rumah memberikan pengaruh terhadap terciptanya sebuah green architecture.

”Desain rancang bangunan yang memperhatikan banyak bukaan untuk memaksimalkan sirkulasi udara dan cahaya alami akan membantu mengurangi penggunaan energi listrik,” ujar Oki, sapaan Ossiatzki kepada KORAN SINDOdi Jakarta, beberapa waktu lalu. Pemilik Ossiatzki Design ini memaparkan, desain bangunan yang baik dan ramah lingkungan adalah bangunan yang memperhatikan lingkungan sekitarnya, seperti membuat taman di lingkungan rumah dan mengurangi jumlah penggunaan kaca pada rumah.

Untuk desain interior, menggunakan bahan interior yang ramah lingkungan dan mengurangi penggunaan listrik yang sangat berlebihan. President Director PT American Standard Indonesia (LIXIL Group) Iwan Dwi Irwanto beberapa waktu memaparkan, saat ini terdapat banyak produk interior ramah lingkungan.

LIXIL Corporation misalnya, perusahaan global asal Jepang yang memproduksi dan menyediakan berbagai bahan yang digunakan dalam pembangunan gedung, kelengkapan rumah dan pelayanan-pelayanan yang terkait, memiliki komitmen tinggi terhadap lingkungan yang tercermin melalui inovasi-inovasi produknya. Divisi R&D American Standard telah berhasil menggabungkan teknologi efisiensi pemanfaatan air dengan estetika tinggi.

Tekan tombol keran yang secara otomatis mengaktifkan sensor penghematan 3/4,5 liter air toilet dan 1 liter urinal. American Standard juga menggunakan material daur ulang yang sesuai dengan misi kepedulian lingkungannya. Salah satu produk ramah lingkungan yang dikembangkan American Standard, yakni kloset hemat air yang diberi nama smart closet. Ada yang memiliki fitur dual flush3 – 4,5 liter dan fitur single flush4,5 liter.

Dengan fitur dual flush memungkinkan pengguna menekan tombol yang berbeda untuk menyiram toilet. Selain itu, American Standard juga membuat produk fittingatau keran dengan menggunakan click tecnology. Saat pengguna memakainya, keran tidak langsung mengeluarkan air dalam jumlah besar pada bukaan pertama. Itu akan terjadi pada bukaan kedua. “Material yang kami gunakan ramah lingkungan dan sudah mendapatkan sertifikasi ramah lingkungan dari Eropa,” sebutnya.

Tak hanya saniter, American Standard juga mengembangkan keramik dinding dengan teknologi terbaru. “Keramik dinding tersebut memiliki fungsi mengontrol serta menjaga kelembapan dan bau,” ujar Iwan. Selain itu, keramik American Standard juga memiliki kelebihan mampu menyerap uap.

Produk lainnya yang didesain agar ramah lingkungan, yakni kusen jendela yang bisa mengontrol dan menyesuaikan temperatur di luar dan di dalam ruangan. Salah satunya kemampuan untuk menyerap panas dari luar ruangan sehingga kesejukan di dalam ruangan tetap terjaga.

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI DAN INFORMASI DALAM BIDANG DESAIN INTERIOR DAN ARSITEKTUR DI ERA GLOBALISASI

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI DAN INFORMASI

DALAM BIDANG DESAIN INTERIOR DAN ARSITEKTUR

DI ERA GLOBALISASI

PENDAHULUAN

Desain Interior dan arsitektur adalah disiplin ilmu yang menuntut keterlibatan

estetika, ide, kreativitas dan teknologi serta informasi. Dalam era globalisasi, persaingan

antar desainer dan antar arsitek salah satunya di Bali sangat ketat. Persaingan tersebut

baik untuk persaingan kualitas, royalitas, dan kreativitas serta bersaing secara bebas

mencari relasi untuk dijadikan tandem proyek. Pangsa pasar para desiner dan arsitek

yakni para pengguna jasa atau klien pada umumnya dari berbagai kalangan, mulai dari

kalangan masyarakat lokal sampai ekspatriat. Persaingan bebas menimbulkan dampak

bahwasannya para desainer dan arsitek bebas atau terbuka pada setiap Negara untuk

menjadi tenaga kerja di Negara lain.Di Indonesia pada umumnya, desainer dan arsitek

yang hadir dalam bentuk fisik (hadir sebagai manusia desainer atau arsitek) maupun

virtual (hadir melalui komunikasi internet).

Sedangkan dalam hal kualitas, desainer dan arsitek yang baik merupakan tututan

bagi karya-karya desainer dan arsitek saat ini yang berlomba untuk memperlihatkan

estetika, fungsi, teknologi dan seni. Desain interior dan arsitektur dalam proses

perancangannya di era globalisasi mengalami suatu perubahan yang dipengaruhi

perkembangan teknologi yang salah satunya diwakili oleh komputer, dengan komputer

yang disertai perangkat keras dan lunak membuat kemajuan dalam bidang perwujudan

rancang desain, semakin cepat dan efesien. Diketahui komputer adalah hasil kemajuan

peradaban manusia dan ditemukan melalui proses yang sangat lama. Komputer

dirancang agar dapat memenuhi kebutuhan manusia untuk hidup lebih sejahtra.

Komputer dirancang untuk memecahkan masalah dalam kehidupan manusia. Untuk itu

desain interior dan arsitektur, seiring semakin pesatnya pembangunan yang

membutuhkan perancangan, maka waktu yang dibutuhkan semakin sempit.

Berangkat dari hal tersebut penulis tertarik akan fenomena yang terjadi di era

globalisai ini yakni, bagaimana implementasi teknologi dan informasi pada bidang

desain interior dan arsitektur di era Globalisasi?. Masalah penulisan ini dibatasi pada

teknologi dan informasi dewasa ini yang mempengaruhi perancangan desain interior

dan arsitektur. Tujuan penulisan ini adalah; secara umum memahami hal-hal yang

berkaitan dengan teknologi dan informasi pada era globalisasi, dan secara khusus

bertujuan sebagai persyaratan penilaian Program Pasca Sarjana dalam mata kuliah

Teknologi Informasi Seni.

 

MATERI DAN METODE

Materi : Objek pembahasan adalah implementasi teknologi dan informasi dalam

bidang desain interior dan arsitek di era globalisasi.

Metode : Kepustakaan dan observasi.

 

PEMBAHASAN

Teknologi, di pihak lain, adalah aplikasi dari prinsip-prinsip keilmuan, sehingga

menghasilkan sesuatu yang berarti bagi kehidupan manusia. Aplikasi prinsip-prinsip ini

dapat dalam lapangan teknik maupun sosial. (supriadi, 1994;116)

Terkait teknologi, komputer dalam dunia desain dan arsitektur telah dimulai

sejak komputer ditemukan. Bentuk keterlibatan itu tentu tidak sama dengan yang kita

pikirkan saat ini. komputer generasi terkini menghasilkan gambar-gambar yang sangat

realistis, itu seolah-olah menjadi bukti dominan keterlibatan komputer dalam desain

interior dan arsitektur. Sedangkan komputer generasi terdahulunya, pertama kali

komputer terlibat dalam desain arsitektur dalam bentuk bantuan menghitung konstruksi,

biaya dan semacamnya.

 

Proses desain dan arsitektur memanfaatkan komputer sejalan dengan

perkembangan kemampuan komputer. Saat komputer generasi baru mampu melakukan

perhitungan berat seperti yang diperlukan pada proses render arsitektur 3D, maka dunia

desain interior dan arsitektur menanggapi dengan optimis dan ketertarikan yang tinggi.

Dari hal tersebut gambar-gambar presentasi desain interior dan arsitektur nyaris tidak

dapat dibedakan dengan kondisi nyata.

Jika kita memakai proses desain yang paling sederhana, yang telah dipakai oleh

para arsitek sejak ratusan tahun yang lalu, maka terlihat bahwa komputer dapat berperan

di tahap mana saja. Proses tersebut meliputi : analisis masalah, sintesis pemecahan

masalah, evaluasi dan mengkomunikasikan tahapan-tahapan tersebut. Seberapa jauh

peran tersebut akan tergantung dari ke dua pihak, yaitu kreativitas arsitek dan kemajuan

teknologi komputer (digital) (Satwiko, 2010; 11).

Dikaitkan dengan kedudukan seni dalam era globalisasi, pada buku persoalanpersoalan

dasar estetika karangan Marcia Muelder Eaton diuraikan, Weitz percaya

bahwa sifat kreatif seni tidak butuh untuk didefinisikan:”yang paling jauh dari

petualangan seni adalah perubahannya yang terus berlangsung dan kreasi barunya

menjadikannya tidak mungkin secara logis menjamin suatu perangkat ciri yang dapat

didefinisikan” (Muelder, 2010:10). Untuk itu kreatif seni bisa juga dikaitkan dengan

kreativitas desain dan arsitektur yang butuh sebuah perubahan dengan seiring teknologi

dan informasi yang berkembang.

Implementasi perkembangan teknologi informasi memberi dampak pada

perancangan arsitektur melalui beragam aspek seperti:

a. Penyebaran informasi langsung (real time) melalui internet; hanya dengan beberapa

‘klik’ pada mouse seseorang dapat berselancar di internet, menemukan dan melihat

gaya-gaya arsitektur terbaru dari seluruh bagian dunia. Ini menyebabkan

perancangan arsitektur menjadi mendunia (global).

b. Menawarkan kemampuan baru dalam mengembangkan bentuk-bentuk geometri

yang rumit; komputer-komputer baru yang sangat kuat menjadikan bentuk-bentuk

bangunan yang secara geometris sulit menjadi lebih mudah dibuat.

c. Menawarkan kemampuan baru dalam menghitung aspek-aspek kuantitatif

perancangan (environmental, konstruksi, dll)

d. Kebutuhan dunia akan arsitektur yang ramah lingkungan telah mendorong para

arsitek merancang bangunan-bangunan yang lebih ramah lingkungan, hemat

energy, dll. Computer menjadikan tugas yang rumit bila dikerjakan secara manual

menjadi jauh lebih mudah, presisi, akurat, cepat dan menyenangkan (2010; 48)

Satwiko dalam buku arsitektur digital menyebutkan, bila dibuat garis besar,

pemanfaatan teknologi informasi pada kerja arsitek dapat ditemui pada aktivitas berikut

(bukan merupakan urutan baku);

a. Komunikasi (surat menyurat, konsultasi, baik tertulis maupun tergambar dengan

sarana manual maupun electronic mail),

b. Pencarian Data (iklim, topografi, jaringan transportasi, jaringan utilitas, sebaran

penduduk, peraturan daerah, produk bahan, hasil penelitian, dll.),

c. Pembuatan Sketsa Awal (gagasan awal untuk diskusi dengan klien maupun tim

perencana baik secara 2D, 3D, animasi maupun virtual reality),

d. Perhitungan-perhitungan (konstruksi, biaya, fisika bangunan, utilitas, energy,

pencemaran)

e. Pengembangan Desain (menuju ke karya desain yang lebih terpadu dalam bentuk

animasi maupun virtual reality yang dapat dilakukan secara manual maupun

otomatis dengan teknik morphing),

f. Pengenalan Pemanfaatan Teknologi Baru dalam Bangunan (solar energy,

intelligent/smart buildings),

g. Presentasi (penyajian produk desain akhir),

h. Pembuatan gambar kerja, dan

i. Pengarsipan Karya Desain (menyimpan karya desain secara sistematis dan aman

untuk dipergunakan di lain waktu).

 

Karena kedudukan teknis desain interior dan arsitektur hampir sama, maka dalam

pemaparan tersebut diatas, implementasi teknologi dan informasi jika diterapkan dalam

bidang desain interior dan arsitek di era globalisasi adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi

Dalam hal komunikasi, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era

sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek dalam membahas

perancangannya dengan klien menggunakan media surat, wesel dengan jasa kantor

pos atau dari orang ke orang dan telephone. Kini desainer dan arsitek secara cepat

dan efesiennya menggunakan layanan internet, media social network, handphone,

telephone dan lain-lain, terkecuali beberapa diantaranya untuk dokumen hard copy

berupa gambar jilid dan presentasi tetap melalui jasa pengiriman dari orang ke

orang dan jasa kantor pos.

b. Pencarian Data

Dalam hal Pencarian Data, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan

era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, mengumpulkan data lebih

memanfaatkan catatan tangan dan menggali informasi pada pilihan sumber tertentu,

kini melalui komputer dan virtual berupa internet pencarian data dapat diakses

secara mudah dan cepat dengan banyak informasi yang mendukung mengenai data

yang digali.

c. Pembuatan Sketsa Awal (gagasan awal untuk diskusi dengan klien maupun tim

perencana baik secara 2D, 3D, animasi maupun virtual reality),

Dalam hal pembuatan sketsa awal, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu

dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, dalam membuat

konsep menggunakan sketsa tangan, dan visualisasi warna menggunakan, pencil

warna, spidol, cat air, cat minyak, sedangkan era sekarang pembuatan sketsa bukan

saja manual akan tetapi bisa melalui media smart phone, net book dan komputer

serta berbagai pengolahan data dengan software-software yang berkaitan dengan

desain interior. Divisualisasikan melalui olahan render, salah satunya yakni

software 3D Max.

 

d. Perhitungan-perhitungan (konstruksi, biaya, fisika bangunan, utilitas, energy,

pencemaran)

Dalam hal perhitungan-perhitungan, Penulis menganalisa, dibandingkan

dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, perhitungan

biaya bisa menggunakan mesin hitung, kini ada beberapa mesin hitung yang bisa

diadopsi dari software-sofware terkait beitupun juga perhitungan konstruksi.

e. Pengembangan Desain (menuju ke karya desain yang lebih terpadu dalam bentuk

animasi maupun virtual reality yang dapat dilakukan secara manual maupun

otomatis dengan teknik morphing),

Dalam pengembangan desain, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu

dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, dalam

pengembangan desain bisa saja menggunakan sketsa dan gambar dengan bantuan

meja gambar teknik, kini diera sekarang lebih terpadunya menggunakan sketsa,

gambar kerja dengan bantuan komputer dengan software Auto Cad, 3D Max,

Sketchup, dengan file berupa soft copy dan hard copy berupa hasil print. Pada

proyek besar kini animasi juga dilibatkan untuk lebih terpadunya keseluruhan

pengembangan desain yang ingin dipresentasikan.

f. Pengenalan Pemanfaatan Teknologi Baru dalam Bangunan (solar energy,

intelligent/smart buildings),

Dalam pemanfaatan teknologi baru, Penulis menganalisa, dibandingkan

dahulu dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek, dalam

pemanfaatan teknologi sebelum isu mengenai global warming, masih fokus

terhadap hal-hal yang bersifat eksplotasi material bangunan, kini dengan isu-isu

mengenai konsep green design, para desainer dan arsitek sudah mulai memikirkan

teknologi baru, contohnya pemanfaatan sinar matahari dan diolah sebagai energi,

sehingga dalam perwujudan desain harus mempertimbangkan penyelamatan

lingkungan.

g. Presentasi (penyajian produk desain akhir),

 

Dalam Presentasi, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu dengan era

sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek dalam mempresentasikan desain

masih berupa media yang didukung keterampilan tangan atau manual, kini dengan

komputer berupa software auto cad, 3D Max, sketchup,3D Maya, dan virtual

pendukung lainnya, presentasi dapat lebih mudah menerjemahkan maksud

desainer/arsitek ataupun menerjemahkan keinginan klien, akurasi gambar lebih tepat

dan visualisai lebih nyata. Sehingga bagi klien yang sedikit awam tidak

kebingungan untuk mengerti presentasi desain yang disajikan.

h. Pembuatan gambar kerja, dan

Dalam pembuatan gambar kerja, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu

dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek membuat gambar

kerja dengan bantuan meja gambar teknik, sedangkan kini meja gambar teknik

sedikit-demi sedikit mulai ditinggalkan diganti dengan software autocad pada

komputer untuk mendapatkan akurasi dan kecepatan penyelesaian gambar kerja.

Akan tetapi pembuatan gambar kerja dalam hal perkuliahan masih dimanfaatkan

pada mahasiswa semester-semester kecil sebagai latihan tangan dalam mengolah

ketegasan garis mahasiswa.

i. Pengarsipan Karya Desain (menyimpan karya desain secara sistematis dan aman

untuk dipergunakan di lain waktu).

Dalam pengarsipan karya desain, Penulis menganalisa, dibandingkan dahulu

dengan era sekarang adalah: dahulu para desainer dan arsitek sebelum ada

komputer generasi baru yang bisa menjalankan software menggambar, arsip-arsip

disimpan pada rack dan almari simpan, kini pengarsipan secara sistematis bisa

disimpan di komputer pada folder-folder berupa soft copy dan internet melalui

email, arsip-arsip dalam bentuk Hard copy juga masih dibutuhkan, sebagai bagian

dari portfolio. File-file di komputer dikatakan aman apabila juga di transfer datanya

pada cd/dvd untuk antisipasi kerusakan dari komputer.

Dalam kegiatan pendidikan desain interior, penulis menelisik keuntungan

teknologi digital memiliki persamaan dengan keuntungan teknologi digital bagi

pendidikan arsitektur.

 

Dalam buku arsitektur digital oleh Satwiko diuraikan keuntungan teknologi

digital bagi pendidikan arsitektur antara lain

a. Pembelajaran lebih efektif dan efisien

b. Presentasi lebih nyata

c. Komputasi lebih mudah, cepat dan menarik

d. Informasi berlimpah

e. Komunikasi antara dosen dan mahasiswa tidak tergantung tempat dan waktu

f. Menekan biaya untuk pengadaan peralatan lab fisik yang mahal

g. Menekan biaya untuk pengadaan buku-buku referensi impor yang mahal

( Satwiko, 2010 : 49)

Teknologi digital banyak menawarkan keuntungan,

a. Komputer adalah perangkat yang multiguna, untuk mendukung proses belajar

(membuat catatan, menggambar, memproses data, dll.), bermain dan berkreasi.

b. Sebagai studio multimedia: untuk menggambar teknis 2D dan 3D. membuat

presentasi animasi, membuat gambar seni, membuat movie atau virtual reality

agar presentasi lebih jelas dan menarik.

c. Sebagai Lab virtual: membuat simulasi fisika bangunan, energy, struktur, dll.

Dengan lebih mudah, murah, cepat, akurat, presisi, sehingga rancangan lebih

bertanggung jawab. Selain itu karena banyak pekerjaan yang dapat ditangani lebih

cepat dengan teknologi digital, tenaga dapat dicurahkan untuk pengembangan

filosofi desain.

d. Sebagai perpustakaan dan sumber informasi tak terbatas: dengan memiliki akses

ke internet, tersedia berlimpah informasi jurnal, hasil-hasil penelitian, produk

industri terbaru, diskusi tentang arsitektur, dll. ( Satwiko, 2010 : 50)

Arsitektur Bioklimatik : Hemat Energi, Nyaman dan RamahLingkungan

 “Arsitektur Bioklimatik : Hemat Energi, Nyaman dan RamahLingkungan”

Sistimatika penyampaiannya terdiri dari :

 

  1. Penyampaian tentang pentingnya penghematan energi bangunan

 

  1. Pengungkapan tentang definisi arsitektur bioklimatik 

 

  1. Tentang Kenyamanan versus Hemat Energi

 

  1. Pembahasan Mengenai Tantangan Arsitektur Bioklimatik Menghadapi TuntutanKenyamanan Termis

 

  1. Pembahasan Mengenai Tantangan Arsitektur Bioklimatik Menghadapi TuntutanKenyamanan Penerangan, dan

 

  1. Sedikit tentang Pendidikan Arsitektur Bioklimatik.

 

A.Pentingnya penghematan energi bangunan

Penghematan energi dalam masa kontemporer ini sudah seharusnya merupakan bagiandari gaya hidup kita karena harga energi yang semakin mahal. Termasuk diantaranyaadalah kegiatan atau upaya penghematan energi operasionalisasi bangunan. Untuk itumaka dibutuhkan kiat dan strategi perancangan bangunan yang berorientasi pada aspek konservasi energi.Pengertian konservasi energi tidak sekedar hanya penghematan pemakaian energi tetapi juga dalam hal mengupayakan penggunaan sumber energi yang masih berkesinambungan (sustainable), misalnya perhatian pada penggunaan sumber energi matahari, angin,biogas untuk operasional teknik pada bangunan. Artinya pada bangunan juga harusditerapkan strategi desain yang mengarah pada peluang penggunaan energi yangterbarukan tersebut.Di beberapa negara, terutama di negara maju, pemakaian energi pada sektor bangunansudah mencapai lebih dari 30% terhadap total konsumsi energi bagi semua sektor.Konsumsi energi terbesar di bangunan pada umumnya adalah untuk pemakaian sistimpenghawaan mekanik yang dapat mencapai sekitar 35% dan untuk penerangan buatansekitar 20%. Untuk mengupayakan penghematan energi pada bangunan gedung,

 

dibutuhkan suatu strategi desain yang dapat dipakai untuk menurunkan angka pemakaianenergi pada operasional bangunan.Di Indonesia pernah disusun RIKEN, Rencana Induk Konservasi Energi Nasional yangmana ditetapkan bahwa sampai tahun 2005 ditargetkan adanya penurunan konsumsienergi bangunan sebesar 10%. Untuk mendukung kebijaksanaan tersebut, makaditerbitkanlah Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada BangunanGedung oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun 1993

 

Dalam praktek, tidak banyak dari para perancang yang mengedepankan aspek lingkungandan penghematan energi untuk diterapkan sebagai konsep utama desain pada saatmelakukan tugas profesi merancang bangunan. Di Australia sebagai contoh, hanya sekitar31% dari para perancang yang berpendapat bahwa pendekatan hemat energi adalah titik tolak utama dalam praktek perancangan bangunan

 

 

B. Definisi Arsitektur Bioklimatik

Arsitektur bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan bangunan dimanasistim struktur, ruang dan konstruksi bangunan tersebut dapat menjamin adanya kondisinyaman bagi penghuninya. Penggunaan perangkat elektro-mekanik dan energi tak terbarukan adalah seminimal mungkin, sebaliknya memaksimalkan pemanfaatan energidari alam sekitar bangunan tersebut.

 

Dengan demikian, maka pendekatan bioklimatik pada desain arsitektur pada hakekatnya bertitik tolak dari dua hal fundamental untuk menentukan strategi desain yang responsif terhadap lingkungan global yaitu kondisikenyamanan manusia dan penggunaan energi secara pasif 

 

Gambar 1. Prosentase jajak pendapat para arsitek Australia mengenai titik tolak dalam proses perancangangedung. Pendapat terbanyak adalah pada aspek fungsi bangunan, disusul pendekatan estetika dankontekstual.

Arsitektur Bioklimatik juga dikatakan sebagai cabang dari arsitektur hijau (

Green Architecture

) yang diterapkan dalam kota dengan mengedepankan sistim alami bagikebutuhan ventilasi dan pencahayaan bangunan

 

 

Pendekatan desain arsitektur bioklimatik dengan demikian mengandung keandalansebagai salah satu tipe desain arsitektur yang hemat energi ditinjau dari penggunaanenergi saat pengoperasian bangunan yang bersangkutan. Sebagai bagian dari kelompok eko-arsitektur, maka tujuan dari arsitektur bioklimatik juga menghadirkan bangunan yangramah lingkungan, diantaranya turut berperan serta dalam meredam efek rumah kacapada lingkungan urban, misalnya melalui upaya pengurangan produksi gas CO2 dan CFCke atmosfer.Dalam praktek proses perancangan arsitektur bioklimatik, digunakanlah diagrambioklimatik sebagai bagian dari strategi teknik perancangan bangunan hemat energi.Kontrol akan variabel iklim dalam koridor kenyamanan termis dilakukan melaluipenggunaan diagram bioklimatik. Pada diagram tersebut tergambar area zona nyamantermis menurut fungsi waktu harian, untuk kondisi rencana di dalam ruang maupunkeadaan di ruang luarSejumlah negara, dalam rangka kebijaksanaan penghematan energi di berbagai sektor,telah menerapkan rancangan arsitektur dengan pendekatan bioklimatik sepertiCommerzbank di Frankfurt, NMB Bank Amsterdam, Audubon House di New York,Centre International Rogier di Brussels.Di Lingkungan berikim tropis lembab, penerapan desan arsitektur dengan pendekatanbioklimatik pada kasus bangunan tinggi, diantaranya adalah hasil karya Ken Yeang yaituMenara Mesiniaga setinggi 15 lantai di Kuala Lumpur yang mendapatkan Aga KhanAward of Architecture pada Tahun 1995 dan Arcasia Award pada Tahun 1996. Menurutperancangnya, Menara Mesiniaga ini mampu mencapai efisiensi hingga 80%.

 

 

C. Kenyamanan versus Hemat Energi

Sidang Senat dan Para Hadirin yang saya muliakan,

Dalam bidang perancangan arsitektur, jaminan terhadap pencapaian standar kenyamanan,keselamatan dan keamanan di dalam dan disekitar bangunan menjadi titik tolak kualitashasil rancangan. Berkaitan dengan aspek penghematan energi bangunan, jeniskenyamanan yang berhubungan adalah kenyamanan termis dan kenyamanan penerangan(pencahayaan). Dalam pandangan umum, untuk mencapai kenyamanan termis danpencahayaan yang memenuhi standar, seringkali kita dihadapkan pada kebutuhanpenggunaan perangkat pengkondisian udara mekanik (AC) dan lampu. Pemakaian ACdan lampu jelas dituntut memerlukan energi listrik yang cukup besar.Jadi dalam hal ini, tantangan terhadap pendekatan arsitektur bioklimatik adalah untuk mencapai optimasi hasil rancangan guna mendapatkan dua tujuan sekaligus yaitutercapainya standar kenyamanan bagi pemakai bangunan dan hemat energi.

 

 

E. Arsitektur Bioklimatik menghadapi Tuntutan Kenyamanan Penerangan

Kenyamanan penerangan bagi manusia mengandung arti tercapainya kecukupan kuatpenerangan, tidak silau dan kesesuaian warna yang terlihat. Jadi pada prinsipnyakenyamanan penerangan adalah bergantung pada angka kuat penerangan dari sumbercahaya dan komponen pendukungnya, posisi atau kedudukan dari sumber cahaya, sertaaspek pewarnaan dan material permukaan lingkungan. Kuat penerangan (dalam satuanLux) untuk berbagai jenis kegiatan (kebutuhan membaca, bekerja halus, bekerja kasar,menggambar, dll) telah diatur angka standarisasinya di Indonesia

 

 Pada penerapan sistim pasif yang mengandalkan sumber cahaya siang hari, besarnya kuatcahaya dalam ruang bersumber dari tiga komponen, yaitu komponen terang langit (yanglangsung masuk melalui bukaan), komponen pemantulan dalam ruang, dan komponanpemantulan dari ruang luar. Di iklim tropis, dimana terang langit dapat mencapai 10.000Lux, maka peran dari bukaan/jendela pada bidang selubung bangunan menjadi pentinguntuk mendapatkan kecukupan kuat cahaya yang masuk secara langsung ke dalamruangan, serta peran dari warna dinding bagian dalam yang menyumbangkan efek pemantulan cahaya dalam ruang, agar didapatkan kuat penerangan secara merata.Dalam konteks pencahayaan alami siang hari, dinding dan plafond ruang dalam yangdiberi warna mengarah ke warna putih, akan mampu menyumbangkan sampai sekitar20% dari total kuat cahaya dalam ruang. Sementara itu jenis permukaan dinding kayu(warna cokelat tua/agak gelap) sebagaimana terdapat pada tipe rumah tradisional, hanyamampu memberi kontribusi terang dalam ruang sebesar sekitar 5% saja

 

Apabilasumbangan dari pemantulan dalam ruang, tidak mencukupi untuk mencapai standarkenyaman penerangan, maka berdampak pada kebutuhan penambahan komponen lampu.Disini nampak terlihat bahwa tidak selamanya, tipe arsitektur tradisional adalah mewakili jenis bangunan hemat energi. Diperlukan suatu modifikasi desain pada rumah tradisionaldengan tetap berdasar pada konsep arsitektur bioklimatik agar tujuan konservasi energidapat tercapai.Pada sistim aktif, dimana diterapkan sistim penerangan buatan, maka sasarannya adalahpada penerapan jenis lampu yang memiliki spesifikasi luminasi dan daya listrik tertentu.Warna dan jenis permukaan dinding hanya berpengaruh secara signifikan terhadap kuatpenerangan dalam ruang apabila diterapkan teknik pencahayaan tidak langsung.Standarisasi terhadap sistim penerangan buatan, selain diarahkan pada kecukupan angkakuat penerangan, juga pada daya rata-rata/m2. Pada ruang-ruang hunian, misalnyadibatasi angka maksimum 15 W/m2

 

Perkembangan teknologi lampu hemat energitentu saja disambut baik dalam kaitannya dengan pengembangan konsep arsitekturbioklimatik.

 

 

 

F.Pendidikan Arsitektur Bioklimatik

Dari uraian diatas, jelas bahwa arsitektur bioklimatik merupakan konsep yang dapatdiandalkan dalam merancang bangunan hemat energi. Adanya permasalahan konsumsienergi pada akhir-akhir ini khususnya pada sektor bangunan membutuhkan jawaban daripara perancang agar menyajikan rancangan yang berwawasan hemat energi. Paramahasiswa jurusan arsitektur sudah selayaknya mendalami topik arsitektur bioklimatik ini, karena merekalah yang dimasa mendatang harus mampu menjawab permasalahanenergi bangunan.Oleh karena itu penulis berpendapat bahwa topik Arsitektur Bioklimatik dalamkurikulum pendidikan Arsitektur S-1, sebaiknya dijadikan mata kuliah wajib, karenamenjadi tolok ukur bagi keberhasilan penghematan energi pada sektor bangunan dimasamendatang. Adapun landasan teoretis untuk medalami arsitektur bioklimatik, sudahdisajikan secara tersebar dan terkandung pada sejumlah mata kuliah lainnya yakni FisikaBangunan/ Sains Bangunan, Sains Arsitektur, Ilmu Lingkungan, dan Utilitas serta RuangLuar. Dalam pendidikan tingkat pasca sarjana, topik arsitektur bioklimatik menjadibagian dari program-program studi seperti teknologi bangunan, arsitektur lingkungan,maupun arsitektur tropis. Untuk menguasai dengan baik topik ini para mahasiswa perludibekali dengan ketrampilan penggunaan perangkat lunak yang dapat dipakai untuk kebutuhan simulasi dalam rangka mengevaluasi desain dan menghitung energi bangunan,misalnya program ECOTECH, TRNSYS, ENEGY+, ARCHIPAK, dsb